SEJARAH DESA NGADIPURO KECAMATAN WONOTIRTO KABUPATEN BLITAR
Sejarah merupakan suatu peristiwa pada zaman lampau yang benar-benar terjadi dan didukung oleh evidensi-evidensi yang menguatkan baik berupa saksi mata yang dijadikan sumber-sumber sejarah, peninggalan-peninggalan dan catatan. Selain itu, dapat pula peristiwa itu diketahui dari sumber-sumber yang bersifat lisanyang disampaikan dari mulut ke mulut. Sejarah didalamnya memuat beberapa unsur diantaranya pelaku atau tokoh sejarah, tempat terjadinya peristiwa sejarah, waktu terjadinya peristiwa sejarah, dan penyebab terjadi peristiwa sejarah.
Menurut sumber cerita dari para sesepuh desa, diketahui bahwa terbentuknya Desa Ngadipuro memiliki cerita dengan berbagai versinya masing-masing. Mulai dari asal usul desa, keadaan geografis, keadaan sosial dan budaya masyarakatnya sehingga terbentuknya suatu kepemerintahan desa yang dikenal dengan nama Desa Ngadipuro.
Desa Ngadipuro merupakan sebuah desa yang masuk dalam wilayah Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar Jawa Timur. Desa Ngadipuro ini, terletak di daerah Blitar selatan yang di kelilingi oleh oleh Pantai Jebring, Pantai Princen, Pantai Wedi Ireng, Pantai Keben, Pantai Selok Dhadap, Pantai Pudak, Pantai Dung Dowo, Pantai Bakung, Pantai Selok Kancil dan Pantai Benelan. Bagian wilayah paling selatan dari Kabupaten Blitar merupakan daerah yang berbatasan dengan pesisir pantai dan dikelilingi oleh perbukitan. Desa Ngadipuro memiliki luas 1.859.660 ha, yang terdiri dari wilayah pemukiman, perhutani, area persawahan dan perkebunan, dan daerah pesisir.
Awal mulanya pada tahun 1968 wilayah “ Ngadipuro” merupakan sebuah dusun yang menjadi satu dengan Desa Ngeni Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar. Kemudian, Ngadipuro mengajukan pemecahan desa dari Desa Ngeni. Untuk mengisi kepemimpinan serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Kepala Desa, pemerintah menunjuk seorang ABRI bernama Soebari untuk menjadi Plh Kepala Desa Ngadipuro. Desa Ngadipuro kemudian diresmikan pada tahun 1971 oleh pemerintah menjadi sebuah desa bernama Desa Ngadipuro Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar. Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Pasal 2 tentang pembentukan Kecamatan Wonotirto, maka wilayah Kecamatan Sutojayan dan Bakung dikurangi dengan wilayah Kecamatan Wonotirto sebagaimana dimaksud dalam peraturan tersebut. Sehingga Desa Ngadipuro menjadi bagian dari wilayah Kecamatan Wonotirto. Kini, menjadi Desa Ngadipuro Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar. Desa Ngadipuro terdiri dari 2 dusun, yaitu Dusun Krajan dan Dusun Banyuurip.
Adapun pemimpin yang pernah menjabat di Desa Ngadipuro adalah sebagai berikut :
No |
Nama Kades |
|
Tahun Jabatan |
1. |
Soebari |
i. |
1971-1985 |
|
|
ii. |
1985-1990 |
|
|
iii. |
1990-1995 |
2. |
Seto |
i. |
1996-2003 |
|
|
ii |
2004-2014 |
3. |
Sukamto |
|
2014-2019 |
4. |
Eko Wahyudi |
|
2019-2025 |
Soebari merupakan seorang kepala desa pertama yang menjabat di Desa Ngadipuro. Beliau lahir di Blitar pada tanggal 07 Juli 1927. Beliau menjabat Plh kepala desa tahun 1971-1985 dengan cara dipilih langsung oleh Pemerintah. Kemudian, pada tahun 1985 diadakan pemilihan kepala desa oleh warga Desa Ngadipuro. Soebari terpilih menjadi kepala desa dengan masa jabatan selama 5 tahun. Pada tahun 1990 kembali diadakan pemilihan kepala desa di Desa Ngadipuro dan untuk kedua kalinya dalam pemilihan tersebut Soebari terpilih menjadi kepala desa Ngadipuro dengan masa jabatan 5 tahun yaitu dari tahun 1990-1995. Pada masa kepemimpinan Soebari dibantu oleh sekretaris desa yang bernama Sampun. Selain itu, dibantu oleh beberapa perangkat desa lainnya diantaranya adalah sebagai berikut :
No |
Nama |
Jabatan |
Masa Jabatan |
1. |
Sampun |
Sekretaris Desa |
1971-1986 |
2. |
Marjito |
Pamong |
1971-1978 |
3. |
Sampan |
Sekretaris Desa |
1986-1989 |
4. |
Lasimen |
Jogoboyo |
1971 |
5. |
Sujarno |
Sekretaris Desa |
1989-2013 |
6. |
Meseni (kamituwo Krajan) |
Kepala Dusun Krajan |
1971-1996 |
7. |
Tasemin (kamituwo Banyuurip) |
Kepala Dusun Banyuurip |
1971-1972 |
8. |
Munjali (kamituwo Banyuurip) |
Kepala Dusun Banyuurip |
1972-1997 |
Setelah masa jabatan habis, pada tahun 1995 dilakukan pemilihan kepala desa yang terdiri dari 2 calon kepala desa yang berasal dari warga Desa Ngadipuro yaitu Seto dan Sumardiono. Dari pemilihan tersebut tercipta pemimpin yang baru dan akhirnya diputuskan nama Seto sebagai Kepala Desa Ngadipuro dengan masa jabatan selama 8 tahun yaitu 1996-2003. Kemudian beliau terpilih kembali sebagai kepala desa pada pemilihan selanjutnya diantara 3 calon kepala desa yaitu Seto, Imam Suhadi dan Subandi. Pada periode selanjutnya beliau menjabat selama 10 tahun yaitu 2004-2014. Pada saat kepemimpinan Seto, beliau dibantu oleh sekretaris desa yang bernama Sujarno dan perangkat desa lainnya diantaranya adalah :
No |
Nama |
Jabatan |
Masa Jabatan |
1. |
Sujarno |
Sekdes |
1989-2013 |
2. |
Sumardiono |
Kaur Umum |
1978-2013 |
3. |
Sitam |
Kaur pemerintahan |
1989-2014 |
4. |
Taman |
Kaur Ekonomi dan Pembangunan |
1989-2018 |
5. |
Suwat |
Kasun Krajan |
1997-sekarang |
6. |
S. Kartono |
Kasun Banyuurip |
1997-2018 |
Masa Pemerintahan Desa Ngadipuro dilanjutkan oleh Sukamto pada tahun 2014-2019 yang dipilih melalui pemilihan kepala desa dengan 4 calon kandidat kades yaitu Sukamto, Tukidi, Suwat, dan Sarju. Berikut adalah struktur organisasi dan tata kerja pemerintah Desa Ngadipuro pada masa pemerintahan Sukamto adalah:
No |
Nama |
Jabatan |
Masa Jabatan |
1. |
Sumardiono |
Sekdes |
1989-2019 |
2. |
Taman |
Kaur Ekonomi dan Pembangunan |
1989-2018 |
3. |
Suwat |
Kasun Krajan |
1997-sekarang |
4. |
S. Kartono |
Kasun Banyuurip |
1997-2018 |
Tahun 2019 dilakukan pemilihan kepala desa dengan 2 kandidat yaitu Sukamto dan Eko wahyudi. Dari pemilihan tersebut Eko Wahyudi terpilih menjadi kepala desa dengan masa jabatan 6 tahun yaitu 2019-2025.
Struktur organisasi dan tata kerja pemerintah Desa Ngadipuro pada tahun 2018 adalah sebagai berikut :
No |
Nama |
Jabatan |
Masa Jabatan |
1. |
Sumardiono |
Sekdes |
2018-2020 |
2. |
Sri Rahayu |
Kasi pemerintahan |
2018-2020 |
3. |
Nurul Huda |
Kasi kesejahteraan |
2018-sekarang |
4. |
Dwi Jayanti |
Kasi Pelayanan |
2018-2021 |
5. |
Maryunis |
Kaur keuangan |
2018-2021 |
6. |
Retno Wulandari |
Kaur tata usaha dan umum |
2018-2021 |
7. |
Anggi Yudha Pratama |
Kaur perencanaan |
2018-sekarang |
8. |
Suwat |
Kepala Dusun Krajan |
2018-sekarang |
9. |
Dwiki Rafsanjani |
Kepala Dusun Banyuurip |
2018-2021 |
Pada tahun 2021 diadakan penataan terhadap perangkat desa sehingga dibentuk struktur organisasi dan tata kerja pemerintah Desa Ngadipuro pada tahun 2021-sekarang :
No |
Nama |
Jabatan |
Masa Jabatan |
1. |
Sri Rahayu |
Sekdes |
2021-sekarang |
2. |
Dwiki Rafsanjani |
Kasi pemerintahan |
2021-sekarang |
3. |
Nurul Huda |
Kasi kesejahteraan |
2021-sekarang |
4. |
Retno Wulandari |
Kasi Pelayanan |
2021-sekarang |
5. |
Dwi Jayanti |
Kaur keuangan |
2021-sekarang |
6. |
Anggi Yudha Pratama |
Kaur perencanaan |
2021-sekarang |
7. |
Suwat |
Kepala Dusun Krajan |
2021-sekarang |
8. |
Maryunis |
Kepala Dusun Banyuurip |
2021-sekarang |
A. Kondisi Geografis Desa Ngadipuro
Ngadipuro adalah salah satu Desa yang terletak di wilayah Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Indonesia. Secara geografis Desa Ngadipuro terletak pada posisi 7°21′-7°31′ Lintang Selatan dan 110°10′-111°40′ Bujur Timur. Topografi desa ini adalah berupa dataran tinggi dengan ketinggian yaitu sekitar 300 m di atas permukaan air laut. Letak Desa Ngadipuro berada diantara 3 desa lain yang juga masih termasuk dalam wilayah kecamatan wonotirto dan kecamatan Panggungrejo kabupaten Blitar.
Adapun batas desa tersebut adalah :
- Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Gunung Gede Kec Wonotirto
- Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Kalitengah dan Desa Serang
Kec Panggungrejo
- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Samudra Indonesia Samudra Hindia
- Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Ngeni Kec.Wonotirto
Kondisi geografis Desa Ngadipuro sekitar tahun 1971 akses jalannya menuju desa masih berupa jalan bebatuan (makadam). Sedangkan akses jalan menuju pemukiman penduduk masih berupa jalan setapak yang dikelilingi oleh rumput dan ilalang. Ketika masa pemerintahan Bapak Seto mulai ada pembangunan untuk kesejahteraan masyarakatnya. Mulai dari pembangunan aspal jalan, pembukaan lahan untuk jalan didaerah Dusun Krajan, dan penyaluran listrik masuk desa pada tahun 1990-an.
Kondisi pemukiman pada saat itu masih jarang dengan jarak antar rumah warga berkisar 500 m. Rumah warga terbuat dari bambu dan kayu dengan atap berasal dari alang-alang yang sudah dikeringkan. Berbeda dengan sekarang, kondisi pemukiman semakin padat, karena bertambahnya jumlah penduduk baik yang berasal dari desa setempat maupun pendatang.
Jarak desa ke ibu kota kecamatan adalah 14 Km, dengan waktu tempuh ke kecamatan sekitar 60 Menit. Jarak tempuh desa ke ibu kota Kabupaten adalah 27 Km dengan waktu tempuh ke kabupaten sekitar 120 Menit.
Alat transportasi pada zaman dahulu masih belum ada, sehingga untuk menempuh jarak desa ke kecamatan harus ditempuh dengan berjalan kaki dengan waktu tempuh yang cukup lama, namun kini sudah terdapat alat transportasi modern untuk membantu perjalanan.
Desa Ngadipuro merupakan wilayah yang terdiri dari pemukiman penduduk, tanah tegalan, perkebunan rakyat, lahan persawahan dengan luas wilayah desa 1.859.660 Km2 atau 1859.660 Ha. Dimana seluas 989.567 Ha adalah pemukiman penduduk dan sisanya adalah lahan kering dan area persawahan. Wilayah desa Ngadipuro dilewati oleh 2 sungai yaitu Sungai Serit sepanjang 5 km dan Sungai Kenanga Jebring.
Iklim Desa Ngadipuro berdasarkan data BPS kabupaten Blitar tahun 2013, selama tahun 2013 curah hujan di Desa Ngadipuro rata-rata mencapai 2.400 mm. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember hingga mencapai 405,04 mm yang merupakan curah hujan tertinggi selama kurun waktu 2014-2019.
Desa Ngadipuro terdiri dari 2 dusun, diantaranya adalah:
- Dusun Krajan
Dusun Krajan merupakan wilayah Desa Ngadipuro bagian timur, yang terbagi atas 5 Rw dan 17 Rt. Untuk Rw 1 dan Rw 2 terletak di sekitar wilayah kantor Desa Ngadipuro, sedangkan rute menuju Rw 3 sampai dengan Rw 5 harus melalui Desa Ngeni. Dusun Krajan yang berada jauh dari kantor desa terdapat banyak pohon besole oleh karena itu, warga menyebutnya dengan Krajan Besole.
Luas wilayah Dusun Krajan sekitar 773, 13577 Ha, yang terbagi atas wilayah Krajan sendiri sekitar 336, 522635 Ha, dan wilayah Krajan Besole sekitar 436, 6134 Ha. Tanah di wilayah Krajan Besole merupakan tanah Perhutani (aset milik Komando Daerah Militer V Brawijaya). Berdasarkan Surat Keputusan Nomor Skep/108/VII/2002 tentang pelepasan sebagian tanah perkebunan Gunung Nyamil yayasan Bhirawa Anoraga kepada warga desa Ngeni dan Desa Ngadipuro Blitar, tanah sekitar 210 Ha menjadi milik warga dan sekitar 8,07 Ha menjadi tanah kas desa.
- Dusun Banyuurip
Dusun Banyuurip merupakan wilayah Desa Ngadipuro bagian selatan, yang berbatasan dengan pesisir pantai. Dusun Banyuurip sebelum tahun 1971 masih menjadi bagian dari Desa Ngeni, setelah diputuskan Dusun Ngadipuro menjadi Desa Ngadipuro, maka Dusun Banyuurip kini menjadi bagian dari Desa Ngadipuro.
Luas wilayah Dusun Banyuurip sekitar 1.086,5 Ha, yang terbagi atas wilayah tanah pemerintah daerah seluas 267,55 Ha, tanah perhutani seluas 546 Ha, dan tanah aset milik Komando Daerah Militer V Brawijaya seluas 540,5 Ha. Kemudian dilakukan redis pada tahun 2000 sekitar 200 Ha menjadi milik warga.
Banyuurip berasal dari kata “banyu” yang berarti air dan “urip” yang berarti hidup. Dikatakan Banyuurip karena dahulu wilayah tersebut merupakan wilayah yang kekurangan air. Sedangkan air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Jika tidak ada sumber air, maka tidak ada kehidupan. Namun, warga wilayah Banyuurip masih bisa bertahan hidup dengan kondisi yang minim air. Sehingga wilayah tersebut dinamakan Dusun Banyuurip.
B. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Desa Ngadipuro
Kondisi sosial masyarakat didefiniskan sebagai suatu keadaan atau situasi masyarakat yang ada pada wilayah tertentu dan pada saat tertentu. Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Desa Ngadipuro pada tahun 1970-an :
- Kependudukan
Pada tahun 1970-an jumlah penduduk Desa Ngadipuro sekitar 2000 jiwa dengan jumlah KK (Kartu Keluarga) sekitar 250. Mata pecaharian sebagian besar penduduk Desa Ngadipuro sebagai petani sedangkan yang lainnya sebagai pedagang dan peternak. Pada bidang pertanian, penduduk Desa Ngadipuro menekuni pada sektor tanam pangan seperti padi, jagung, ketela, dan kacang-kacangan.
- Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat pedesaan pada umumnya masih rendah dimana mayoritas pendidikannya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD), itupun hanya 30% dan yang 70% tidak sekolah dan tidak lulus sekolah. Sehingga pengetahuan pendidikan mereka juga terbatas, karena tingkat kesadaran masyarakat dikomunitas pedesaan terhadap pendidikan formal masih rendah. Gedung Sekolah Dasar di Desa Ngadipuro terdapat 3 gedung sekolah yang tersebar di Dusun Krajan 1 unit, Krajan Besole 1 unit dan Banyuurip 1 unit. Selain sekolah formal, juga terdapat pendidikan agama atau di sebut dengan mengaji yang dilakukan di rumah modin.
- Kesehatan
Kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan prktek (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, mempepanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Kesehatan masyarakat memiliki peran penting dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia, penanggulangan kemiskinan, pembangunan ekonomi.
Mulai tahun 1971 terdapat program keluarga berencana (spiral) dan wajib diikuti oleh masyarakat untuk meminimalisir bertambahnya jumlah penduduk di Desa Ngadipuro. KB di laksanakan di rumah Sekretaris Desa dan di ikuti oleh 45 orang dari Krajan, 25 orang dari Krajan Besole dan 15 orang dari Banyuurip.
- Agama
Kehidupan beragama di Desa Ngadipuro memiliki toleransi yang tinggi dengan 3 agama yaitu agama Islam, Kristen, dan Katholik. Pada tahun 1971 tempat ibadah yang sudah berdiri di Desa Ngadipuro hanya berupa mushola, yang tersebar di Dusun Krajan 1 unit, Krajan Besole 1 unit, dan Dusun Banyuurip 1 unit. Untuk warga yang beragama Kristen dan Katholik masih belum memiliki tempat ibadah.
- Kultur Budaya
Kebiasaan masyarakat Desa Ngadipuro yang menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya diadakan pada waktu-waktu tertentu di antaranya :
- Bersih Desa, dilakukan setiap Bulan Selo pada Jum’at Pahing
- Suro-an, slametan yang dilakukan di tiap perempatan pada tanggal 1 Suro
- Bedah Dhawuhan, slametan yang diadakan tiap bulan 11 untuk meminta hujan. Slametan ini dilakukan di “Pepunden Belik Bendo” dan kantor desa.
- Pagelaran Tayub dan Ruawatan di kantor desa, diadakan malam hari setelah slametan di Pepunden.
6. Tempat Wisata
Desa Ngadipuro terdapat beberapa objek wisata alam yang menarik di antaranya adalah :
- Pantai Jebring
Pantai Jebrimg merupakan pantai yang berada dipaling barat Desa Ngadipuro dan berbatasan dengan Desa Gununggede, 1.350 m dari jalan lintas selatan.
Pantai Jebring sangat istimewa memiliki hamparan pasir yang luas dan dikelilingi tebing, serta dipenuhi tumbuhan pohon cemara yang membuat pengunjung menjadi nyaman. Selain itu Pantai Jebring memiliki sungai yang cukup luas.
2. Pantai Princen
Pantai Princen berada di sebelah timur Pantai Jebring. Keunikan Pantai Princen adalah di tebing sebelah barat terdapat Goa Princen.
3. Pantai Wedi Ireng
Pantai Wedi Ireng berada di sebelah timur Pantai Princen. Keunikan Pantai Princen adalah mempunyai pasir yang berwarna hitam
4. Pantai Keben
Pantai Keben berada di sebelah timur Pantai Wedi Ireng. Pantai Keben dikenal juga dengan Pantai Bulan Sabit karena pantai mempunyai lengkungan seperti bulan sabit. Pantai ini memiliki hamparan pasir putih dan ombak yang landau sehingga sangat cocok untuk bermain air.
5. Pantai Selok Dhadap
Pantai Selok Dadhap berada di sebelah timur Pantai Keben. Pantai Selok Dadhap
6. Pantai Pudak
Pantai Pudak berada di sebelah timur Pantai Selok Dadhap. Pantai ini berada di 841 m dari jalan lintas selatan. Pantai Pudak memiliki hamparan pasir putih dan dikelililngi oleh pohon pudak. Di atas tebing sebelah barat atau yang sering dikenal Pathuk Songgolangit sangat cocok untuk Camping karena dapat melihat pemandangan yang sangat indah dari Pathuk tersebut. Di pantai ini terdapat Bunga Pudak Sinupat. Bunga ini sangat indah dan harum.
7. Pantai Dung Dowo
Pantai Dung Dowo berada di sebelah timur Pantai Pudak. Pada tepi pantai Dung Dowo terdapat Batu menjulang tinggi tetapi tidak pengunjung yang berani untuk naik.
8. Pantai Bakung
Pantai Bakung berada di sebelah timur Pantai Dung Dowo. Pada tepi pantai terdapat tebing yang sangat digemari pengunjung untuk memancing.
9. Pantai Selok Kancil
Pantai Selok Kancil berada di sebelah timur Pantai Bakung. Pantai Selok Kancil merupakan pantai yang paling kecil diantara 10 pantai di Ngadipuro sehingga dinamakan Pantai Selok Kancil.
9. Pantai Benelan
Pantai Benelan merupakan pantai paling timur diantara 10 pantai di Ngadipuro.
10. Goa Engkek
Goa Engkek berada di perbatan Desa Ngadipuro dengan Desa Serang. Di dalam Goa Engkek terdapat batu-batu yang meneteskan air.
11. Goa Princen
Goa Princen terdapat pada tebing Pantai Princen. Goa memiliki kedalaman sekitar 70 m.
12. Goa Lowo
Goa Lowo terdapat di dekat pemukiman warga Dusu Banyuurip. Di dalam Goa Lowo terdapat Kelelawar yang kotorannya dimanfaatkan masyarakat untuk pupuk organic.
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin